Kamis, 08 Juni 2017
Namun sayang peristiwa tersebut tidak tercatat secara
lengkap pertanggalannya, dan selain itu terkesan bahwa dalam
penyerangan tersebut kita kalah total, sedang pihak musuh hampir tidak
menderita kerugian apapun. Pada peristiwa ini Pangeran Puger gugur,
sedang Wong Agung Wilis, setelah Lateng dihancurkan, terluka, tertangkap
dan kemudian dibuang ke Pulau Banda ( Lekkerkerker, 1923 ).
Berdasarkan data sejarah nama Banyuwangi tidak dapat terlepas dengan
keajayaan Blambangan. Sejak jaman Pangeran Tawang Alun (1655-1691) dan
Pangeran Danuningrat (1736-1763), bahkan juga sampai ketika Blambangan
berada di bawah perlindungan Bali (1763-1767), VOC belum pernah tertarik
untuk memasuki dan mengelola Blambangan ( Ibid.1923 :1045 ).
Pada tahun 1743 Jawa Bagian Timur ( termasuk
Blambangan ) diserahkan oleh Pakubuwono II kepada VOC, VOC merasa
Blambangan memang sudah menjadi miliknya. Namun untuk sementara masih
dibiarkan sebagai barang simpanan, yang baru akan dikelola
sewaktu-waktu, kalau sudah diperlukan. Bahkan ketika Danuningrat memina
bantuan VOC untuk melepaskan diri dari Bali, VOC masih belum tertarik
untuk melihat ke Blambangan (Ibid 1923:1046).
Namun barulah setelah Inggris menjalin hubungan
dagang dengan Blambangan dan mendirikan kantor dagangnya (komplek
Inggrisan sekarang) pada tahun 1766 di bandar kecil Banyuwangi ( yang
pada waktu itu juga disebut Tirtaganda, Tirtaarum atau Toyaarum), maka
VOC langsung bergerak untuk segera merebut Banyuwangi dan mengamankan
seluruh Blambangan. Secara umum dalam peprangan yang terjadi pada tahun
1767-1772 ( 5 tahun ) itu, VOC memang berusaha untuk merebut seluruh
Blambangan. Namun secara khusus sebenarnya VOC terdorong untuk segera
merebut Banyuwangi, yang pada waktu itu sudah mulai berkembang menjadi
pusat perdagangan di Blambangan, yang telah dikuasai Inggris.
Dengan demikian jelas, bahwa lahirnya sebuah tempat
yag kemudian menjadi terkenal dengan nama Banyuwangi, telah menjadi
kasus-beli terjadinya peperangan dahsyat, perang Puputan Bayu. Kalau
sekiranya Inggris tidak bercokol di Banyuwangi pada tahun 1766, mungkin
VOC tidak akan buru-buru melakukan ekspansinya ke Blambangan pada tahun
1767. Dan karena itu mungkin perang Puputan Bayu tidak akan terjadi (
puncaknya ) pada tanggal 18 Desember 1771. Dengan demikian pasti
terdapat hubungan yang erat perang Puputan Bayu dengan lahirnya sebuah
tempat yang bernama Banyuwangi. Dengan perkataan lain, perang Puputan
Bayu merupakan bagian dari proses lahirnya Banyuwangi. Karena itu,
penetapan tanggal 18 Desember 1771 sebagai hari jadi Banyuwangi
sesungguhnya sangat rasional.